Puluhan Tahun Pasca Bosman, Perang Transfer di Sepak Bola Masih Ganas

Puluhan Tahun Pasca Bosman, Perang Transfer di Sepak Bola Masih Ganas

Tiga dekade setelah keputusan pengadilan Eropa dalam kasus Jean Marc Bosman mengubah wajah ekonomi sepak bola, dunia olahraga ini masih berjuang menghadapi akibat hukum yang timbul.

Bab terbaru muncul dari putusan Mahkamah Kehakiman Eropa tahun 2024 yang mendukung mantan gelandang Prancis Lassana Diarra, yang kini memicu kemungkinan gugatan kolektif dari serikat pekerja sepak bola yang berpotensi merugikan otoritas sepak bola hingga miliaran euro, kata seorang pengacara yang mewakili mereka kepada AFP.

Bosman mengubah lapangan bermain di Eropa. Pada Desember 1995, Mahkamah Kehakiman Eropa memutuskan mendukung gelandang asal Belgia yang menggugat RFC Liege, federasi sepak bola Belgia, serta badan pengatur Eropa UEFA, setelah klub tersebut menghalangi transfernya ke tim Prancis Dunkerque pada 1990.

Liege menyatakan bahwa meskipun kontrak Bosman telah habis, mereka tetap menuntut biaya transfer.

Keputusan itu menciptakan status agen bebas di sepak bola, dan lebih dari itu. Mahkamah Kehakiman Eropa juga memutuskan bahwa liga liga di Uni Eropa tidak boleh membatasi pemain dari negara negara UE lainnya.

Pemain dan agen mereka segera menyesuaikan diri dengan aturan baru. Pemain internasional Belanda Edgar Davids dan Michael Reiziger menjadi agen bebas besar pertama ketika mereka meninggalkan Ajax menuju Inter Milan pada musim panas berikutnya, tanda awal bahwa putusan ini akan mempercepat pengumpulan bakat di klub klub besar Eropa.

Keputusan Bosman datang saat pendapatan melonjak di liga liga utama Eropa, terutama Liga Premier Inggris, dan, mungkin tidak kebetulan, tepat sebelum pemilik miliarder mulai membeli klub, dimulai dengan Roman Abramovich di Chelsea pada 2003.

Keputusan Bosman memicu serangkaian kasus lanjutan, saat sepak bola bergulat dengan cara mengatur kontrak pemain.

Aksi terbaru, yang diajukan di pengadilan Belanda oleh kelompok bernama Justice for Players, melawan FIFA, 28 federasi nasional UE, dan empat serikat rumah Inggris, mengikuti putusan mendukung Diarra, mantan pemain Chelsea, Arsenal, Real Madrid, dan Paris Saint Germain.

Pada 2014, ketika klubnya Lokomotiv Moscow mencoba memangkas gajinya, Diarra menyepakati kesepakatan dengan klub Belgia Charleroi.

Lokomotiv menuntut biaya, dan tribunal transfer FIFA mendukung mereka, memerintahkan Diarra membayar Lokomotiv 10 juta euro serta melarangnya bermain selama 15 bulan.

Ketika Mahkamah Kehakiman Eropa memutuskan mendukung Diarra, pengadilan itu juga menyatakan bahwa pemain sepak bola profesional yang memiliki karir aktif selama lebih dari 20 tahun dari 2002 hingga 2024, dan mungkin masih berlanjut hingga kini, telah mengalami kerugian, kata Dolf Segaar, pengacara Belanda di dewan Justice for Players.

Kami telah menghitung bahwa setiap pemain rata rata mengalami kerugian delapan persen dari gaji mereka, ujar Segaar.

Untuk sekitar 100.000 pemain profesional pada periode itu, ini pasti mencapai beberapa miliar euro, tambahnya.

Masalahnya adalah bagi pemain yang tidak memiliki klausul pelepasan, yang ilegal di banyak negara Eropa, Anda tidak tahu jika mengakhiri kontrak, berapa tepatnya yang harus dibayar ke klub lama.

Segaar berusaha merekrut serikat pemain nasional untuk memberikan kredibilitas lebih besar pada aksinya.

Ia berharap bisa membawa kasus ke pengadilan pada kuartal pertama 2026.

Prosesnya sendiri bisa memakan waktu beberapa tahun, tambahnya.

Mantan pemain David Terrier memimpin serikat pemain Prancis, yang telah bergabung dalam aksi ini, serta badan internasional FIFPRO Europe, yang belum.

Sulit bagi banyak serikat karena ini langsung menentang federasi mereka, dan beberapa serikat memiliki kontak langsung serta kesepakatan dengan federasi mereka, kata Terrier kepada AFP.

Klub Kaya Tetap Kaya

Ia berharap bisa bernegosiasi seperti yang pernah dicoba dalam kasus Diarra.

Lassana Diarra tidak ingin menjadi Jean Marc Bosman, ujar Terrier. Ia bilang, Saya bermain di tim nasional, saya bermain untuk klub top, dan saya tidak ingin orang orang mengingat saya karena kasus ini. Saya ingin orang orang mengingat saya karena apa yang saya menangkan atau kalahkan di lapangan.

Dan FIFA tidak pernah merespons.

Terrier mengatakan ia bingung dengan sikap FIFA, dan membandingkan hasil mereka dengan klub sepak bola.

Jika saya pengacara untuk FIFA, saya tahu saya tidak punya peluang untuk lolos sebagai pengacara Liga Champions atau Piala Dunia Klub, karena saya kalah di semua kasus, katanya.

FIFA, yang merespons putusan Diarra dengan aturan sementara, dan badan pengatur Eropa UEFA menolak berkomentar tentang kasus itu, tapi keduanya telah merilis pernyataan bahwa mereka akan merevisi sistem transfer.

Segaar, Terrier, dan badan badan sepak bola tampaknya setuju pada beberapa poin.

Klub harus memiliki hak untuk menandatangani pemain muda mereka ke kontrak profesional pertama. Pemain tidak boleh keluar dari kontrak pada satu atau dua tahun pertama.

Dan klub harus menerima kompensasi baik melalui rumus transparan yang disepakati atau melalui klausul pelepasan.

Sistem yang muncul, kata Segaar, akan mengubah ekonomi dengan cara tertentu, tapi kemungkinan tidak seganggu putusan Bosman pada masanya.

Tapi, tambahnya, klub kaya akan tetap kaya. Sistem itu tidak akan berubah.