Pelatih Tim Mali Tom Saintfiet Mengkritik Keras Klub Klub Eropa serta FIFA Terkait Perubahan Jadwal Piala Afrika

Pelatih Tim Mali Tom Saintfiet Mengkritik Keras Klub Klub Eropa serta FIFA Terkait Perubahan Jadwal Piala Afrika

Pelatih tim nasional Mali, Tom Saintfiet, pada hari Kamis menyatakan kekecewaannya yang mendalam terhadap keputusan menggelar Piala Afrika setiap empat tahun sekali daripada dua tahun, dengan menegaskan bahwa langkah ini dipaksakan oleh FIFA dan klub klub Eropa yang didorong oleh motif finansial.

"Saya sangat terkejut dan kecewa sekali. Ini adalah kebanggaan sepak bola Afrika, yang mempertemukan para pemain terbaik di benua ini," ujar pelatih asal Belgia itu kepada wartawan di Rabat, menjelang pertandingan Piala Afrika antara Mali dan Maroko pada hari Jumat.

"Menyisihkannya dan menjadikannya setiap empat tahun, saya bisa memahami jika itu permintaan dari Afrika karena alasan tertentu, tapi semuanya diatur oleh para pejabat besar dari UEFA, klub klub besar di Eropa, serta FIFA, dan itu membuat situasi menjadi sangat menyedihkan."

Saintfiet, yang berusia 52 tahun, pernah melatih beberapa tim nasional Afrika termasuk Gambia, yang dibawanya hingga ke perempat final Piala Afrika 2022.

Ia ditunjuk sebagai pelatih Mali pada Agustus tahun lalu, dan pada hari Jumat akan memimpin timnya menghadapi tuan rumah Piala Afrika saat ini dalam laga krusial Grup A di Stadion Prince Moulay Abdellah.

Piala Afrika hampir selalu digelar setiap dua tahun sejak edisi pertama pada 1957, tetapi presiden Konfederasi Sepak Bola Afrika, Patrice Motsepe, mengumumkan akhir pekan lalu bahwa turnamen tersebut akan diadakan setiap empat tahun mulai setelah edisi 2028 yang direncanakan.

"Kami telah berjuang lama untuk dihormati, lalu mendengarkan Eropa untuk mengubah sejarah Anda, karena ini sejarah selama 68 tahun, hanya karena permintaan finansial dari klub klub yang menggunakan beban pada pemain sebagai alasan, sementara mereka menciptakan Piala Dunia dengan 48 tim, Liga Champions tanpa juara sejati," kata Saintfiet.

"Jika Anda tidak terdegradasi di Inggris, Anda hampir lolos ke Eropa, itu sangat bodoh," candanya.

"Jika ingin melindungi pemain, maka gelar Liga Champions hanya untuk para juara. Jangan ciptakan lebih banyak kompetisi dengan beban tambahan. Saat itu, Piala Afrika masih bisa digelar setiap dua tahun.

"Afrika adalah benua sepak bola terbesar di dunia, semua bintang besar di Eropa adalah pemain Afrika, jadi saya rasa kami merendahkan Afrika dengan menjadikannya setiap empat tahun.

"Saya sangat sedih tentang hal itu, saya berharap cinta terhadap Afrika bisa mengalahkan tekanan dari Eropa."